Skip to main content

Senja Bercampur Secangkir Kopi

Senja tak melulu terisi makna
Begitupun secangkir kopiku sore ini
Kadang begitu terasa nikmat
Tapi kadang terasa kelu
Bahkan malah sering tak berasa apa-apa

Namun saat ini senja dan kopiku terasa nikmat
Kegelisahan-kegelisahan terasa menepi
dengan ikhtiar kita saat ini
Disebuah sudut kecil bernama tindakan

Nikmati saja kopimu saat ini
Pahami prosesnya lalu hayati
Agar setiap sruput demi sruput terasa benar
Tentang mimpi-mimpi kita yang sudah terlanjur kita umbar

Kita harus malu pada diri, bila saat ini kita merasa lelah
Katanya kita rindu tantangan
Katanya kita sudah bosan dengan keadaan
Baru sejengkah melangkah saja kita sudah merasa kalah. Payah...

Sekali lagi kita nikmati prosesnya
Sampai kegagalan demi kegagalan muak terhadap kita.


Purwokerto, 1 Maret 2019

Comments

Popular posts from this blog

Majalah Banyumasan Ancas

Majalah ANCAS adalah majalah bulanan. ANCAS merupakan majalah pertama di wilayah Banyumas yang menggunakan bahasa Jawa Banyumasan. Terbitnya majalah ANCAS dilatarbelakangi oleh keprihatinan para pendiri ANCAS atas fenomena semakin hilangnya bahasa Banyumasan sebagai ciri khas budaya Banyumas yang cablaka, terutama dikalangan anak-anak muda Banyumas. Berdirinya majalah ANCAS tak lepas dari peran “orang-orang” Yayasan Sendang Mas. Organisasi ini pernah membidani transformasi Sekolah Menengah Karawitan Indonesia Banyumas menjadi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3. Setelah mengawal sekolah ini hingga berstatus negeri, salah satu anggota, Ahmad Tohari ngotot mempertahankan lembaga tersebut. Dia mengusulkan untuk menerbitkan sebuah media guna membantu pemerintah melestarikan bahasa dan sastra daerah. Atas prakarsa orang-orang tersebut, mereka kemudian melakukan musyawarah untuk merintis penerbitan media cetak dengan menggunakan bahasa Banyumasan dalam format majalah yang terbit

Bila Tiba Waktu Berpisah

Di bawah naungan langit biru dengan segala hiasannya yang indah tiada tara Di atas hamparan bumi dengan segala lukisannya yang panjang terbentang Masih kudapatkan dan kurasakan Curahan  rahmat dan berbagai ni'mat Yang kerap Kau berikan Tapi bila tiba waktu berpisah Pantaskah kumemohon diri Tanpa setetes syukur di samudera rahmat-Mu Di siang hari kulangkahkan kaki bersama ayunan langkah sahabatku Di malah hari kupejamkan mata bersama orang-orang yang kucintai Masih kudapatkan dan kurasakan Keramaian suasana dan ketenangan jiwa Tapi bila tiba waktu berpisah Akankah kupergi seorang diri Tanpa bayang-bayang mereka yang akan menemani Ketika kulalui jalan-jalan yang berdebu yang selalu mengotori tubuhku Ketika kuisi masa-masa yang ada dengan segala sesuatu yang tiada arti Masih bisa kumenghibur diri Tubuhku kan bersih dan  esok kan lebih baik Tanpa sebersit keraguan Tapi bila tiba waktu berpisah Masih adakah kesempatan bagiku Tuk membersih

Terbaik

Dia memang bukan orang tercantik Namun sampai hari ini dia yang terbaik Tidak mudah mengahadapi orang seperti aku Manusia batu, keras kepala Nyatanya dia terus bertahan Bahkan ketika aku menyuruh dia untuk pergi Dia tetap disini menungguku Adakah orang lain di luar sana? Aku tak yakin ada orang yang seperti itu Karena dia kasih hebatku 20/5/18