Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2014

Jawa, Dari Mataram ke Mentaram

Kebudayaan berubah ketika seorang pangeran meninggalkan istana, melepas gelar dan mengembara di antara rakyat jelata sebagai orang jelata. Kalau misal kisah Sidharta Gautama maupun cerita Raden Mas Said atau Sunan Kalijaga terlalu jauh jarak waktunya untuk diingat, kita memiliki seorang teladan yang lebih dekat dengan waktu kita hari ini. Ia adalah Ki Ageng Suryo Mentaram, putra ke 55 dari Sultan Hamengku Buwono VII. Lahir 22 Mei 1892, mulai berfilsafat 1921 lewat Perkumpulan Selasa Kliwonan di Yogya. Menanggalkan kepangeranannya pada tahun 1921, kemudian menetap di Kroyo Bringin (9 km utara Salatiga) sebagai petani (1925) sambil menjadi Penceramah Keliling. Meninggalkan istana bagi beliau almarhum berarti menjalani hidup sebagai orang merdeka di antara rakyat yang ketika itu belum merdeka, kemudian menghabiskan masa hidupnya untuk berbakti kepada kemerdekaan, kehormatan, dan kebahagiaan bangsa dan negara Indonesia. Kita katakan kebudayaan berubah dengan lelaku beli

KISAH KITA

Kita pernah mengatakan kita lelah Namun sebenarnya kita lemah Kita pernah mengatakan kita muak Namun sebenarnya kita lunak Kita pernah mengatakan kita benci Namun sebenarnya kita saling menanti Kita pernah saling pandang Meski tak jarang juga kita saling meradang Kita pernah beradu harap Meski kita sering datang lalu lenyap Iya kita pernah melewati malam bersama Meski jarang kita seirama Kita pernah melukiskan kisah meski penuh dengan keluh kesah Tak terasa kita sudah sama-sama tua Banyak hal yang kita bingungkan bersama. Dan bagaimana mungkin kau (Tuhan) menyuruh melupkan itu semua Jika kau (Tuhan ) memberi banyak hal untuk ku ingat. 3/11/12 Purwojati tepat dini hari tadi.