Skip to main content

Siapa Dirimu


Hanya sekedar tulisan sederhana, mudah-mudahan bermanfaat, biar lebih seru saya ajukan pertanyaan terlebih dahulu. Anda sudah tahu diri anda siapa? Mungkin ada yang menyebutkan nama saya samini om dan ada yang menyebut lagi tuh di pojok saya paijo om, ehhehehe. Bukan itu yang saya maksud? Namamu sekarang kan hanya pemeberian orang tua. Yang saya maksud adalah roh yang ada di dirimu (nah loh qo jadinya roh jadi bingung ya?hehe…sama). ada ungkapan atau apa lah namanya “ketika engkau ingin mengenal Tuhanmu maka kenalilah dirimu dahulu”. Qo harus begitu saya juga masih meraba bukanya saya sudah tahu secara keseluruhan loh ya, saya hanya ingin belajar bareng dengan anda semua disini karena masalah itu semua bukan hanya hak para kiai kita pun sebagai kaum awam, marjinal antah berantah. Berhak juga untuk tahu, kembali kepertanyaan siapa dirimu? Kita diciptakan untuk apa disini?jawabanya mungkin mudah di dapat ketika mengacu pada teks agama, biar tambah seru apa bingung, jangan kesitu dulu ya terlalu langit lah pokoknya. 

Untuk orang awam seperti saya malah mubeng. Baiklah kita garap buminya dahulu, sepakat tidak dengan manusia itu mahluk spiritual (hayoo siapa yang atheis cung) haha…sayangnya mahluk itu kelihatan ketika kita sedang mengdapatkan masalah ya baru kita butuh dan merapat ke Tuhan masing-masing. Bila kita sedang lupa kita kemana coba, padahal kita mahluk spiritual, seperti layaknya tubuh pasti juga perlu makanan, kalo kita puasa barang satu hari  saja lapar bukan maen yang kita rasa, spritualpun sama? hayoo sudahkah anda memberi makan makanan spiritual anda hari ini?owhh…malah sudah lama baget ya tidak di kasih makan, kasian tuh rohmu pasti merasa di anak tirikan kalo kate anek-anek zaman sekarang ya jomblo, galau, kronis, akut, kering. Hahaha….lengkap banget ya.

Mungkin itulah yang rohmu sekarang rasakan jika benar apa imbasnya kepada tubuh kita (penyakit om) benar, di sikologi ilmiah pun sepakat. Tetapi yang saya ingin berbagi di sini tidak masalah itu lebih tepatnya penyakit jiwa, mungkin banyak yang tidak terima saya bilang  kebanyakan dari kita disini itu terkena gangguan jiwa, ets….jangan muncu-muncu dulu ya apa lagi pake ngeluarin golok.hahaha… saya tanya lagi “siapa dirimu???tuh kan pada lahab-lohob bingung. Berarti anda orang gila. Lah masa dirimu sendiri tidak tahu. Yowiz sesame orang gila jangan saling mendahului ye. Umur saya sekarang 22 tahun jalan 23 untuk ukuran Sekolah sudah ada di bangku sekolah atas, ukuran dunia cukup ideal untuk di jadikan mantu cieh(mana-mana para camer ayaoo kenalin anaknya)haha… namun untuk yang sedang kita bahas siapa dirimu sayapun sama harus mengulang lagi dari Taman kanak-kanak. Kasian beud ya aku?hehe…ya memang begitulah adanya. Karena selam hampir 23 tahun ini saya tidak memberi makan pada Roh ku, ketika diberi makanpun hanya moment-moment tertentu tadi ketika saya sedang suka gadis cantik dan selalau ditolak pasti larinya mentoknya ke Tuhan. Hehehe…ya sudah sama-sama belajar ya?tulisan sederhana ini bukan mau menjawab solusi atau menggurui Cuma sekedar mengingatkan saja siapa tahu anda, dan saya sendiri lupa karena aktifitas duniawi. Siapa dirimu?Selamat berkenalan dengan dirimu. Kapan-kapan dilanjut lagi ya…

Semoga bermanfaat…                       

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Majalah Banyumasan Ancas

Majalah ANCAS adalah majalah bulanan. ANCAS merupakan majalah pertama di wilayah Banyumas yang menggunakan bahasa Jawa Banyumasan. Terbitnya majalah ANCAS dilatarbelakangi oleh keprihatinan para pendiri ANCAS atas fenomena semakin hilangnya bahasa Banyumasan sebagai ciri khas budaya Banyumas yang cablaka, terutama dikalangan anak-anak muda Banyumas. Berdirinya majalah ANCAS tak lepas dari peran “orang-orang” Yayasan Sendang Mas. Organisasi ini pernah membidani transformasi Sekolah Menengah Karawitan Indonesia Banyumas menjadi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3. Setelah mengawal sekolah ini hingga berstatus negeri, salah satu anggota, Ahmad Tohari ngotot mempertahankan lembaga tersebut. Dia mengusulkan untuk menerbitkan sebuah media guna membantu pemerintah melestarikan bahasa dan sastra daerah. Atas prakarsa orang-orang tersebut, mereka kemudian melakukan musyawarah untuk merintis penerbitan media cetak dengan menggunakan bahasa Banyumasan dalam format majalah yang terbit

Sejarah Desa Gerduren

Sejarah desa Gerduren tidak bisa dilepaskan dengan sejarah lengger di desa tersebut, pada zaman dahulu kira-kira tahun 1813 daerah Gerduren digunakan sebagai tempat penggembala kerbau dari hulu sampai hilir sepanjang luas daerah tersebut, dahulu daerah tersebut dialiri oleh Sungai Tajum. Karena daerahnya sangat subur dekat dengan aliran sungai, maka penguasa Pasir Luhur pada saat itu, R. Tumenggung Tejakusuma memanfaatkan daerah tersebut untuk menggembala kerbau dan mengembangbiakannya, yang bertugas merawat dan mengawasi di daerah tersebut bernama Mbah kasut, orang asli dari Pasir Luhur. Pada awalnya Mbah Kasut di daerah tersebut hidup sebatang kara karena merasa kesepian namun tugas itu tidak mungkin untuk ditinggalkan sebagai bentuk pengabdian kepada penguasa setempat, maka beliaupun memanggil istri dan saudara-saudaranya untuk tinggal di daerah tersebut, orang pertama yang menginjakan kaki di desa tersebut menurut cerita yang berkembang di masyarakat adalah Mbah Kasut. Aktiv

Bila Tiba Waktu Berpisah

Di bawah naungan langit biru dengan segala hiasannya yang indah tiada tara Di atas hamparan bumi dengan segala lukisannya yang panjang terbentang Masih kudapatkan dan kurasakan Curahan  rahmat dan berbagai ni'mat Yang kerap Kau berikan Tapi bila tiba waktu berpisah Pantaskah kumemohon diri Tanpa setetes syukur di samudera rahmat-Mu Di siang hari kulangkahkan kaki bersama ayunan langkah sahabatku Di malah hari kupejamkan mata bersama orang-orang yang kucintai Masih kudapatkan dan kurasakan Keramaian suasana dan ketenangan jiwa Tapi bila tiba waktu berpisah Akankah kupergi seorang diri Tanpa bayang-bayang mereka yang akan menemani Ketika kulalui jalan-jalan yang berdebu yang selalu mengotori tubuhku Ketika kuisi masa-masa yang ada dengan segala sesuatu yang tiada arti Masih bisa kumenghibur diri Tubuhku kan bersih dan  esok kan lebih baik Tanpa sebersit keraguan Tapi bila tiba waktu berpisah Masih adakah kesempatan bagiku Tuk membersih