Skip to main content

Pelita Hidupku

Puisi dari salah satu anak siang tadi dengan langkah malu-malu menghampiri, memanggil ku dengan suara lirih seolah tau bahwa kita tadi begitu sibuk, sibuk dengan soal UAS yang harus disetorkan sesuai jadwal, sibuk dengan perangkat penilaian yang njlimet dan sibuk dengan aktifitas problematika mendidik setiap hari.
Sampai kita lupa bahwa ini adalah hari kita, hari dimana kita merasa diakui oleh negara, hari yang seharusnya kita rayakan. bukan dengan gempa gempita tapi minimal kita bisa sejenak melupakan beban kita, tidak harus juga harus dengan perayaan namun kami ingin juga dianggap manusia biasa, manusia yang butuh hal-hal kecil semacam ini juga.
Pada akhirnya saya harus mengucapkan "Selamat hari guru" untuk semua guru-guruku, untuk semua teman kerjaku dan untuk semua anak-anakku. dan inilah puisi yang dipersembahkan oleh anak didik kita untuk seluruh guru-guru di seluruh dunia khususnya di SMP N 6 Purwokerto.

Pelita Hidupku
Oleh
Zahra Dinda Ayu Werdani

Dikala ku terjerumus dalam kegelapan
Kau hadir menjadi pelita
Dikala ku melewati jalan yang berliku
Kau hadir menuntutku menuju jalan yang lurus
            Setiap hari kau beriku pengetahuan
            Setiap hari ku dibimbing untuk mengukir bakatku
            Setiap hari ku di isi oleh nasehat-nasehat mu
Kaulah pahlawan bangsa
Kaulah pahlawan hidupku
Tanpamu aku tak ada artinya
Tanpamu aku tak bisa baca dan tulis
Tanpamu aku tak bisa menjadi orang hebat
            Kaulah intan dalam hidupku
            Pelita dalam kegelapan
            Jasamu sangatlah besar
            Terimakasih Guruku…


25 November 2015 

Comments

Popular posts from this blog

Majalah Banyumasan Ancas

Majalah ANCAS adalah majalah bulanan. ANCAS merupakan majalah pertama di wilayah Banyumas yang menggunakan bahasa Jawa Banyumasan. Terbitnya majalah ANCAS dilatarbelakangi oleh keprihatinan para pendiri ANCAS atas fenomena semakin hilangnya bahasa Banyumasan sebagai ciri khas budaya Banyumas yang cablaka, terutama dikalangan anak-anak muda Banyumas. Berdirinya majalah ANCAS tak lepas dari peran “orang-orang” Yayasan Sendang Mas. Organisasi ini pernah membidani transformasi Sekolah Menengah Karawitan Indonesia Banyumas menjadi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3. Setelah mengawal sekolah ini hingga berstatus negeri, salah satu anggota, Ahmad Tohari ngotot mempertahankan lembaga tersebut. Dia mengusulkan untuk menerbitkan sebuah media guna membantu pemerintah melestarikan bahasa dan sastra daerah. Atas prakarsa orang-orang tersebut, mereka kemudian melakukan musyawarah untuk merintis penerbitan media cetak dengan menggunakan bahasa Banyumasan dalam format majalah yang terbit

Sejarah Desa Gerduren

Sejarah desa Gerduren tidak bisa dilepaskan dengan sejarah lengger di desa tersebut, pada zaman dahulu kira-kira tahun 1813 daerah Gerduren digunakan sebagai tempat penggembala kerbau dari hulu sampai hilir sepanjang luas daerah tersebut, dahulu daerah tersebut dialiri oleh Sungai Tajum. Karena daerahnya sangat subur dekat dengan aliran sungai, maka penguasa Pasir Luhur pada saat itu, R. Tumenggung Tejakusuma memanfaatkan daerah tersebut untuk menggembala kerbau dan mengembangbiakannya, yang bertugas merawat dan mengawasi di daerah tersebut bernama Mbah kasut, orang asli dari Pasir Luhur. Pada awalnya Mbah Kasut di daerah tersebut hidup sebatang kara karena merasa kesepian namun tugas itu tidak mungkin untuk ditinggalkan sebagai bentuk pengabdian kepada penguasa setempat, maka beliaupun memanggil istri dan saudara-saudaranya untuk tinggal di daerah tersebut, orang pertama yang menginjakan kaki di desa tersebut menurut cerita yang berkembang di masyarakat adalah Mbah Kasut. Aktiv

Bila Tiba Waktu Berpisah

Di bawah naungan langit biru dengan segala hiasannya yang indah tiada tara Di atas hamparan bumi dengan segala lukisannya yang panjang terbentang Masih kudapatkan dan kurasakan Curahan  rahmat dan berbagai ni'mat Yang kerap Kau berikan Tapi bila tiba waktu berpisah Pantaskah kumemohon diri Tanpa setetes syukur di samudera rahmat-Mu Di siang hari kulangkahkan kaki bersama ayunan langkah sahabatku Di malah hari kupejamkan mata bersama orang-orang yang kucintai Masih kudapatkan dan kurasakan Keramaian suasana dan ketenangan jiwa Tapi bila tiba waktu berpisah Akankah kupergi seorang diri Tanpa bayang-bayang mereka yang akan menemani Ketika kulalui jalan-jalan yang berdebu yang selalu mengotori tubuhku Ketika kuisi masa-masa yang ada dengan segala sesuatu yang tiada arti Masih bisa kumenghibur diri Tubuhku kan bersih dan  esok kan lebih baik Tanpa sebersit keraguan Tapi bila tiba waktu berpisah Masih adakah kesempatan bagiku Tuk membersih